Batu itu seluas meja, karena teraling-aling oleh air terjun, maka tidak kelihatan bila dipandang dari depan. Untuk bisa melihat dengan jelas orang harus mengitar dari sisi kanan atau kiri air terjun. Hong Sam dan Tangkwik Ko ikut di belakang Tangkwik-siansing, di bawah hamburan air terjun, akhirnya mereka dapat menerobos ke sisi kiri dan menemukan panggung alam yang mencuat di dinding tebing secara aneh itu. Karya: Gu Long Penerjemah: Gan KL (Terima kasih kepada: Bagusetia, M_haury, Kunamisme, Bpranoto, Sukantas009, Bsarwono dan Axd002) Thian-sip-sing berkedip-kedip, dia tidak berkata apa-apa melainkan cuma memberi isyarat dengan tangan. Melihat isyarat tangan itu, seketika berubah air muka Pwe-giok, serunya, “He, apakah apakah isyarat tangan yang diberikan kepada Cianpwe oleh Ji-bengcu tempo hari itu juga isyarat ini?” “Hah, kaupun tahu kejadian itu? Aneh, sungguh aneh?!” kata Thian-sip-sing dengan tercengang. Karya: Gu Long Penerjemah: Gan KL (Terima kasih kepada: Bagusetia, Budiwibowo, Bpranoto, Vampire2000, Bsarwono, Axd002, Koedanil dan Sikasep) Tusukan ini langsung menuju ke dada dan tidak ada gerak perubahan lain, juga tiada gerak tersembunyi, tapi Lengkui justru terdesak oleh tusukan demikian dan tidak mampu balas menyerang.
Sinar pedang Yang Cu-kang terus memanjang, “sret-sret-sret”, berturut ia menusuk pula tiga kali, semuanya lurus ke depan tanpa gerak perubahan, tapi Lengkui lantas terdesak mundur satu langkah. Karya: Gu Long Penerjemah: Gan KL (Terima kasih kepada: Bagusetia dan Budiwibowo) Tapi sayang, segala macam senjata orang perempuan ternyata tidak mempan terhadap orang semacam Yang Cu-kang. Lui-ji juga tahu bicaranya sia-sia belaka, maka akhirnya dia cuma melotot doang dengan hati gemas.